Mengikuti Kisah Josephine: Kerentanan pekerja domestik migran dan bagaimana JWB dan mitra mereka membuat perbedaan

May 19, 2022
Category: Partnerships

Pada Hari Buruh ini, Justice Without Border (JWB) dan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), melalui program Safe and Fair, membagikan kisah Josephine untuk meningkatkan kesadaran akan tantangan yang dihadapi perempuan dalam migrasi tenaga kerja dan kontribusi ekonomi yang mereka berikan, baik di dalam maupun luar negeri.

Pekerja Domestik Migran

“Saya sangat senang ada organisasi seperti JWB yang membantu pekerja rumah tangga migran. Mereka memperjuangkan hak-hak kami, untuk orang biasa seperti saya di Hong Kong,” kata Josephine*, mengungkapkan rasa terima kasih dan kegembiraannya saat menceritakan pengalamannya mengklaim kembali gaji yang cukup besar dari majikan sebelumnya.

Josephine adalah salah satu mantan klien JWB. Dengan kegigihan dan jaringan hukum regional dari JWB, ia mendapatkan keadilan dan uang yang di hasilkan dengan susah payah.

Pada Hari Buruh ini, kami menghubungi Josephine lagi untuk membicarakan kasus ini dan untuk mengikuti kisahnya lebih jauh. Berikut adalah kisahnya.

Kehilangan gaji yang diperoleh di luar negeri

“Saya harus bekerja untuk keluarga dan putra saya, terutama sebagai ibu tunggal. Sayalah yang mengirim uang kembali ke keluarga dan membiayai pendidikan putra saya,” kata Josephine, menjelaskan mengapa dia datang ke Hong Kong untuk melakukan pekerjaan domestik.

Dia benar-benar datang ke Hong Kong dua kali. Dan pada kali kedua itulah hak-haknya dilanggar. Majikannya saat itu membawa Josephine bersama mereka ke negara lain untuk sementara waktu untuk bekerja sebagai pengasuh anak majikannya. Meskipun menandatangani kontrak kerja lokal yang baru dengan gaji dan jam kerja terjamin, dia dipaksa bekerja dari jam 6 pagi sampai jam 11 malam setiap hari, tanpa cuti atau pembayaran upah sama sekali.

Segera setelah Josephine kembali ke Hong Kong dengan majikannya, dia menuntut pembayaran penuh untuk pekerjaan yang telah dia lakukan di luar negeri. Sayangnya, majikan menolak untuk membayar dan bahkan memecatnya karena angkat bicara.

Setelah diberhentikan, Josephine dengan rasa kecewa mencoba untuk mencari bantuan dari otoritas pemerintah atau untuk mengajukan klaim di pengadilan perburuhan setempat.

“Saya pergi kesana dan kemari untuk mencari bantuan, tetapi pihak berwenang mengatakan kasusnya terjadi di negara lain, di luar batas hukum Hong Kong, jadi tidak ada yang bisa mereka lakukan.”

Dia hampir menyerah setelah penolakan yang tak terhitung jumlahnya.

“Saya merasa hancur dan putus asa. Saya tidak tahu harus berbuat apa,” tambahnya.

Dukungan hukum dan emosional di tempat

Kasus Josephine menyoroti kesenjangan dalam layanan bagi pekerja yang berisiko dan yang telah dieksploitasi. Terlepas dari sifat pekerja migran yang sangat dinamis, dukungan untuk mereka seringkali bersifat lokal dan terbatas.

Setelah dua tahun mencari, Josephine menemukan teman yang memperkenalkannya pada HELP for Domestic Workers (HELP), salah satu mitra garis depan JWB yang mendukung komunitas pekerja migran Hong Kong. HELP kemudian merujuk Josephine ke JWB untuk mengejar upahnya yang belum dibayar yang diperolehnya di luar negeri.

JWB bekerja dengan mitra firma hukum, Akin Gump untuk mengejar klaim Josephine baik di luar negeri maupun di Hong Kong. Bersama-sama, tim membantu Josephine mengambil kembali gajinya setelah lebih dari satu tahun—waktu yang sangat singkat di dunia litigasi.

Dari kesuksesan menjadi pembelajaran sepanjang hayat

Bagi Josephine, ini bukanlah akhir dari jalan menuju keadilan. “Saya bangga pada diri saya sendiri bahwa saya melakukannya! Dan saya juga belajar banyak. Saya belajar apa hak saya sebagai pekerja domestik migran.”

Dia telah membawa semangat rasa terima kasihnya yang tulus dengan memberikan kembali kepada masyarakat.

“Setelah kasus itu, saya menghadiri sebuah organisasi dan membantu orang-orang yang baru di sini, memberi mereka nasihat dan mengatakan kepada mereka untuk menjadi kuat.”

Berbicara tentang langkah selanjutnya dalam hidup, dia menantikan apa yang akan terjadi di masa depan sambil tetap berkomitmen untuk belajar sepanjang hayat.

“Selama hari libur, saya pergi ke perpustakaan untuk belajar dan mengikuti kursus online tentang pengasuhan lansia, karena saya ingin menjadi pengasuh di negara asal saya atau di negara lain. Tapi untuk saat ini, saya masih akan bekerja sebagai pekerja domestik, karena saya butuh uang untuk anak saya yang akan segera kuliah.”

Untuk mendukung pekerja migran perempuan

Kisah Josephine hanyalah salah satu dari sekian banyak perempuan pekerja migran pemberani yang bekerja untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik bagi diri sendiri dan keluarga mereka. Namun, mereka seringkali rentan terhadap eksploitasi, dan kekurangan akses terhadap informasi tentang hak-hak mereka, sumber daya, atau ke mana harus mencari bantuan, terutama setelah mereka kembali ke rumah.

Didirikan pada tahun 2013, JWB berkomitmen untuk memajukan akses transnasional terhadap keadilan bagi pekerja migran. Sebagian besar klien JWB adalah pekerja perempuan, dan pekerjaannya sejalan dengan program Safe and Fair. ILO, melalui program Safe and Fair, mempromosikan migrasi tenaga kerja yang aman dan adil bagi semua perempuan di kawasan ASEAN. Program ini dilaksanakan melalui kemitraan antara ILO dan UN Women di bawah Inisiatif Spotlight EU-UN.

Oleh Teresa Lai dan Kristy Poon, PR Fellow @JWB

Diterjemahkan oleh: Doli Yolanda, PR Volunteer @JWB


Lebih lanjut tentang kasus Josephine

Lebih lanjut tentang program Safe and Fair ILO

*Nama diubah untuk melindungi privasi klien