Program pendampingan JWB memberdayakan Nur Khosiah untuk membantu pekerja domestik migran

June 11, 2022
Category: Capacity Building | PowerUp Campaign

“Semangat ingin bertemu orang baru dan berbagi cerita selalu ada di lubuk hati saya. Hal ini mengisi kehidupan saya sehari-hari,” kata Nur Khosiah (Khosi). “Setiap kali saya bebas, saya suka berjalan-jalan di sekitar desa terdekat untuk bertemu orang-orang di sana, terutama wanita, untuk mendengar cerita mereka. Kami akan membicarakan banyak hal, mulai dari makanan, kehidupan secara umum, hingga agama.”

Kepribadiannya yang berorientasi pada orang dan kepeduliannya terhadap wanita tidak hanya membuat dia hebat dalam pekerjaannya, tetapi juga membuatnya sangat sibuk.

Selain mengajar di AKBID Mandiri Gresik (Akademi Kebidanan Mandiri Gresik), ia sangat aktif di FATAYAT, sebuah organisasi wanita muslim. Beliau adalah Ketua Lembaga Perlindungan Perempuan dan Anak dan Koordinator Bidang Hukum, Politik, dan Advokasi. Fokus utamanya adalah mengadvokasi hak-hak perempuan, toleransi antar agama, dan perlindungan perempuan dan anak-anak dari kekerasan.

Namun, masih ada satu celah yang harus diisi. “Ketika saya menerima kasus pekerja migran, saya tidak memiliki keterampilan, sumber daya, dan pengetahuan untuk membantu mereka. Terkadang saya hanya membantu mereka dengan mencari ahli di bidang itu dan merujuk mereka ke institusi terkait, atau saya bisa membawa pulang cerita mereka,” kata Khosi.

FATAYAT adalah salah satu organisasi masyarakat peserta Program AKSES, sebuah program bimbingan Indonesia yang diselenggarakan oleh Justice Without Borders (JWB). Ini memberikan kesempatan bagi Khosi untuk belajar lebih banyak tentang hak-hak pekerja migran, litigasi lintas batas dan banyak lagi.

“Sebagian besar pekerja migran yang saya kenal belum pernah mendengar tentang litigasi lintas batas, hak atas akomodasi yang memadai, upah minimum, dan semua kebutuhan pokok. Apa yang mereka ketahui adalah bahwa mereka bekerja dan mereka dibayar,” katanya, menambahkan, “Saya sangat senang JWB ada dan berkembang dalam mengadvokasi keadilan bagi mereka. Saya merasa memiliki kesempatan untuk membantu mereka yang membutuhkan secara lebih efektif dan meningkatkan kesadaran di antara Pekerja Migran Indonesia (PMI).”

“Saya senang mempelajari semua yang telah diajarkan di Program AKSES. Litigasi lintas batas adalah subjek yang paling ingin saya kuasai, karena saya merasa ini sangat penting untuk keberhasilan advokasi hak PMI,” jelasnya.

Meskipun program tersebut memberinya gambaran yang lebih jelas tentang subjek tersebut, dia merasa bahwa dia masih perlu mengeksplorasi lebih banyak. “Misalnya, ada banyak jenis alat bukti yang bisa diminta dalam suatu kasus. Mengidentifikasi dan mengumpulkan bukti terkadang bisa menjadi tantangan.”

Nur Khosiah juga senang karena program tersebut tidak hanya mengurusi aspek hukum. Mentee menerima pelatihan tentang pertolongan pertama psikologis, yang telah berkontribusi pada operasi FATAYAT. “Ajaran tentang pertolongan pertama psikologis telah menginspirasi kami untuk memasukkan protokol-protokol itu dalam SOP kami sendiri, sehingga orang-orang yang datang untuk bantuan kami juga bisa mendapatkan dukungan psikologis yang mereka butuhkan.”

“Mimpi saya adalah menjadi salah satu advokat Indonesia dalam litigasi lintas batas. Berangkat dari yayasan saya di Program AKSES, saya yakin saya bisa terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan saya,” tutupnya.

By Coffee Pang, Public Relations Lead @JWB

Translated by Doli Yolanda, PR Volunteer @JWB


Kampanye PowerUp menampilkan bagaimana JWB meningkatkan dampaknya melalui peningkatan kapasitas dengan sekutu kami. Mitra kami, termasuk mentor, mentee, penyandang dana, dan pemimpin organisasi garis depan, berkumpul untuk berbagi pengalaman mereka dalam program pengembangan kapasitas kami. Kami juga melihat ke depan bagaimana kami terus meningkatkan dampak kami untuk memastikan bahwa akses terhadap keadilan sama bergeraknya dengan pekerja migran.