Saya pertama kali bergabung menjadi Rekan Humas JWB karena selalu tertarik dengan pekerjaan LSM dan keadilan sosial. Karena saya tumbuh dan tinggal di Hong Kong, saya tahu bahwa ART migran memiliki peran penting dalam kehidupan orang, namun sayangnya mereka sering dipandang sebelah mata. Jadi, saya ingin bergabung dengan JWB sebagai cara saya untuk memberikan kontribusi menuju pendidikan dan perubahan yang lebih besar. Sekarang, saat masa kerja saya di JWB akan berakhir, saya menyadari betapa bermanfaatnya pengalaman saya, tidak hanya untuk menyediakan akses hak-hak dasar kepada para pekerja migran, tetapi juga untuk pertumbuhan pribadi dan profesional saya sendiri.
Meskipun saya sudah punya beberapa pengalaman menulis dan pengalaman marketing sebelum bekerja di JWB, pengalaman tersebut tetap berasa sepenuhnya baru dan menantang bagi saya. Ini adalah pertama kalinya saya diberi tanggung jawab dan kemandirian yang begitu besar dalam kampanye Humas. Awalnya saya mengira saya hanya akan menyusun konten sesuai petunjuk pimpinan Humas saya, tetapi ternyata saya terlibat dalam pelaksanakan beberapa rangkaian kampanye media sosial dari tahap awal hingga akhir, seperti saat kami mempromosikan Laporan Tahunan 2021 dan #16HariAktivismeMelawanKekerasanBerbasisGender. Kegiatan-kegiatannya bermacam, yaitu termasuk mendiskusikan tentang metode pendekatan terbaik, membuat grafik, menyempurnakan dan meninjau konten, dan akhirnya mengunggah konten.
Pada awalnya, pekerjaan ini terasa sangat berat, sampai pada titik dimana di minggu-minggu awal bekerja, saya sempat berkecil hati karena konten yang menurut saya bisa menyampaikan pesan dengan baik ternyata mendapatkan banyak masukan dan revisi. Namun, seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa untuk memahami konten Humas, ada begitu banyak hal yang perlu diperhatikan. Misalnya, judul yang sebelumnya saya buat untuk menamai sebuah acara dapat diubah sedemikian mungkin sehingga dapat menyampaikan pesan JWB dengan lebih baik, dan setiap bagian dari unggahan–mulai dari judul, grafik, hingga keterangannya–bisa secara bertahap digunakan untuk menarik perhatian pemirsa. Saya belajar banyak dari masukan pimpinan Humas saya dalam setiap tugas, dan akhirnya setelah sebulan saya mendapatkan banyak pengalaman untuk didalami lagi. Saya takjub mempelajari bagaimana caranya beradaptasi dengan citra dan pesan sebuah organisasi, dan juga bagaimana menetapkan cara pendekatan yang tepat untuk menyampaikan pesan yang penting secara singkat dan mudah dimengerti.
Didalam tim Humas, saya juga mendapatkan kesempatan untuk bekerja dengan sekelompok rekan dengan pola pikir yang sama namun dengan latar belakang dan pendapat yang sangat berbeda. Meskipun saya bekerja dari jarak jauh dan sering secara mandiri, pertemuan mingguan tim kami tetap memberi saya kesempatan untuk mendengar masukan dari rekan-rekan lain, pendapat atau ide mereka tentang kampanye Humas, dan tugas-tugas mereka lainnya yang sedang berlangsung. Meskipun saya tidak pernah bertemu dengan tim secara langsung, saya tetap bisa belajar banyak dari keikutsertaan saya dalam komunitas ini.
Salah satu hal yang paling memuaskan dari keterlibatan dalam program rekanan Humas JWB adalah pembelajaran bahwa bagian penting dari penulisan dan desain konten adalah sorotan unsur kemanusiaannya. Meskipun istilah seperti “klaim lintas batas” dan “pendampingan pembangunan kapasitas” mungkin kurang menarik bagi khalayak umum, saya mendapatkan kesempatan untuk memahami (melalui proses pengeditan, tinjauan kasus, dan mempelajari rincian lainnya seperti dari rekaman video persidangan dan litigasi) bahwa inti yang terpancar dari pekerjaan JWB adalah dukungan yang diberikan kepada para pekerja migran dalam mengakses keadilan. Salah satu tugas Humas yang paling berkesan bagi saya adalah saat saya menulis rangkuman acara tentang kelulusan peserta pendampingan kasus. Awalnya, saya sangat fokus terhadap aspek logistik dari pekerjaan para peserta dan para pemangku kepentingan yang hadir, tetapi akhirnya pesan yang disampaikan berkembang menjadi tentang perayaan atas sekelompok orang–banyak diantaranya adalah pekerja migran sendiri–yang bersatu demi misi tunggal dan merayakan kebersamaan program pendampingan yang telah berjalan selama satu tahun lamanya, hingga mengakhiri acara dengan menyanyikan lagu “Heal the World”. Sisi pembawaan Humas seperti ini adalah hal yang telah memuaskan dorongan awal saya untuk bergabung dengan JWB dan akhirnya semakin memotivasi saya untuk menjadi bagian dari jaringan ini.
Saat saya melihat kembali pengalaman saya dengan JWB, program rekanan ini terasa sangat memuaskan, bukan hanya dalam pengembangan keterampilan, tetapi juga karena kesempatan untuk menyaksikan dampak sosial pekerjaan yang dilakukan, yang dapat terus saya bawa bahkan di luar keterampilan Humas saya. Meskipun saya sedih akan berakhirnya masa rekanan saya, kesempatan bekerja dengan tim ini dan pelajaran yang saya peroleh telah menginspirasi saya untuk terus bergabung dalam gerakan serupa di masa depan, baik dengan tim JWB maupun dengan organisasi lainnya.